Jumat, 20 Juli 2012

Putri Pinang Gading


Pada zaman dahulu kala hiduplah sepasang suami istri yang hidup rukun dan damai. Akan tetapi sudah cukup lama mereka menikah dan belum dikaruniai seorang anak. Suatu hari ketika sang suami pergi ke hutan dia menemukan sebatang bambu aneh. Karena penasaran bambu tersebut dibawanya pulang ke rumah. Singkat cerita bambu tersebut digunakan oleh sang istri menindih tikar untuk menjemur padi. Beberapa saat kemudian terdengar suara letusan dari halaman rumah mereka. Ternyata suara tersebut berasal dari bambu yang meletus, dari kejauhan tampak cahaya berkilauan dari arah bambu yang kini telah terbelah dua itu. Yang lebih mengejutkan ternyata ada seorang bayi mungil yang berada di antara kedua bambu yang terbelah tersebut.
Semenjak kejadian tersebut kehidupan suami istri itupun menjadi semakin bahagia. Dengan sepenuh hati mereka mencurahkan kasih sayang kepada putri nya yang diberi nama Pinang Gading. Hari berganti hari dan bulanpun menahun, Pinang Gading telah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik jelita. Pinang Gading juga dikenal pemberani dan sangat mahir memanah. Kemahirannya dalam memanah sudah terkenal ke seluruh desa. Suatu ketika terdengar sebuah kabar malapetaka dari desa tetangga. Penduduk desa tersebut ketakutan karena serangan dari seekor burung garuda raksasa yang sering mengganggu mereka. Mendengar berita tersebut Pinang Gading yang pemberani berniat pergi ke desa itu dan bertarung melawan burung tersebut. Akhirnya pada hari yang telah ditentukan, Pinang Gading berangkat dengan berbekal panah beracun yang dimilikinya.
Suasana yang sepi dan mencekam menyambut kedatangannya di desa tersebut. Beberapa saat kemudian sebagian penduduk nampak berlari ketakutan mencari perlindungan. Terdengar suara burung Garuda yang menggelegar dari kejauhan. Pinang Gading bersiap-siap membidikkan anak panahnya ke arah burung raksasa itu.  Seketika itupula bidikannya tepat mengenai dada burung Garuda,  lantas sang burung jatuh ke tanah dengan darah segar yang mengucur dari dadanya. Alangkah terkejutnya Pinang Gading karena tiba-tiba burung Garuda tersebut perlahan berubah menjadi sesosok pria paruh baya. Seluruh warga desa yang sedari tadi bersembunyi lalu ikut mendekat melihat peristiwa aneh itu. Di tengah kesakitannya burung yang kini telah berubah menjadi manusia itu memanggil-manggil nama Pinang Gading. Pinang Gading pun berlari menghambur dan memeluk pria tersebut setelah menyadari bahwa sosok yang kini tengah kesakitan itu adalah ayahnya.  Sambil menangis tersedu-sedu Pinang Gading menanyakan kepada ayahnya apa yang sebenarnya telah terjadi. Dengan terbata-bata ayahnya menceritakan bahwa kutukan burung Garuda adalah akibat dari perjanjiannya dengan dewata. Belasan tahun yang lalu dia memohon kepada dewata agar dikaruniai seorang anak meski dengan  syarat apapun. Akhirnya dewata mengabulkan permintaannya dengan memberikan Pinang Gading pada sebatang bambu. Akan tetapi sebagai akibatnya dia harus menjadi burung Garuda raksasa yang selalu mengganggu warga desa. 

*sinopsis dari cerita asli yang telah diubah pada beberapa bagian untuk arahan pada pementasan drama musikal.