Senin, 24 November 2014

Selamat 25 November untuk Seluruh Guru Kehidupan

Tepat setahun yang lalu saya bergabung menjadi salah satu staf pengajar di LBB SSC (Lembaga Bimbingan Belajar Sony Sugema College) di Bandung. Dan masih saya ingat dengan jelas, di hari itu pula saya menulis tweet di akun twitter saya yang bunyinya “dimulai di hari guru”.  Setahun berselang, saat ini saya sudah pulang ke Belitung dan tidak lagi mengajar di sana. Tepat pagi ini pula saya kembali bertemu dengan 25 November dan alhamdulillah masih belum mendustai almamater saya dengan masih menjadi seorang guru ^_^ ...... bukan bermaksud gagal move on dengan mengingat hal yang telah berlalu, tetapi saya yakin ada banyak orang lain yang merasakan posisi yang sama seperti saya. Dulu, ketika SMP tatkala buku diary masih menjadi trend maka mengisi biodata di buku milik teman sebaya sangatlah lumrah terjadi. Salah satu bagian dari biodata adalah cita-cita. Kebanyakan remaja termasuk juga saya selalu mencantumkan ‘dokter’ atau ‘pramugari’ sebagai cita-cita, kalaupun harus menulis ‘guru’ itu adalah pilihan kesekian. Tetapi apa yang terjadi saat ini?  Saya menjadi seorang ‘guru’. Jadi percayalah, keterkaitan biodata ketika SMP tidak selalu berbanding lurus dengan masa depan kita.
Sebagai salah satu lulusan fakultas keguruan, saya pun pada awalnya punya pikiran untuk mendustai almamater saya dengan meninggalkan dan menanggalkan segala ilmu yang telah saya dapat selama kuliah. Saya hanya akan menjadikan gelar yang saya dapatkan di bangku kuliah sebagai alat, alat untuk mencari pekerjaan di bidang lain yang tidak relevan dengan dunia kependidikan. Sebetulnya ada faktor yang menjadi pemicunya, dari masalah ikut-ikutan teman sampai masalah-masalah yang sangat pribadi. Dalam hal ini saya belajar ‘mencintai keadaan’ seperti apapun keadaan yang harus saya jalani.
Ketika pertama kali mengajar pada saat PPL jangan tanya lagi suka dukanya. Porsi antara keduanya selalu hadir silih berganti kala itu. Saya lebih memilih PPL di SMP, tepatnya di SMP Kartika XIX-2 Bandung. Inilah penampakannya.



Lalu inilah ibu guru yang kala itu masih berstatus mahasiswa di antara para muridnya.
Dulu, ketika masih kuliah ada salah seorang dosen yang pernah mengatakan bahwa menjadi guru itu sulit dibandingkan profesi lainnya karena guru merancang benda hidup bukan benda mati. Agaknya ketika kini sudah merasakan sensasi yang sesungguhnya saya setuju dengan pernyataan tersebut. Terlebih ketika melihat para guru wanita yang sudah berkeluarga di tempat saya mengajar saat ini, mereka harus ‘cerdas dan tangkas’ tidak hanya membagi waktu antara keluarga dan siswa tetapi juga ‘menyamaratakan kasih sayang’ karena sejatinya siswa bagi seorang guru adalah anak dan guru adalah orang tua kedua bagi siswa.
Oh yah.... setelah foto PPL di atas, saya akan memposting foto saya bersama siswa-siswa saya saat ini. Saat ini saya memang bergabung dengan almamater SMA, saya ‘berbagi ilmu dan pengalaman’ dengan siswa-siswa di SMA N 1 Gantung.  

Terlihat jelas bedanya antara foto ketika PPL dengan foto saat ini. Terlihat jelas bedanya di bawah tekanan guru pamong dan tidak hehehe........
Akhirnya, tentu saja saya tidak akan bisa menjadi seorang guru seperti saat ini tanpa bimbingan seorang guru pertama di kehidupan ini yaitu ibu. Tentu saja saya, anda, kita semua tidak akan bisa mengecap sari pati kehidupan ini tanpa dua guru terhebat kita yaitu kedua orang tua. Dan tentu saja terima kasih tak terhingga kepada semua guru kita sejak SD hingga SMA dulu. Terima kasih Bu, Pak......
Sebelum mengawali pagi ini mari bertanya kepada hati kecil ini, sudah siapkah mengabdi dengan penuh kesungguhan???

 

Rabu, 12 November 2014

Teks Laporan Observasi



Teks Laporan Observasi
Bencana Alam
Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Salah satu bentuk dari bencana alam adalah tanah longsor. Tanah longsor adalah sebuah peristiwa di mana terjadinya gerakan tanah atau biasa disebut geologi yang terjadi karwna adanya pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.
Tanah longsor secara garis besar  besar terjadi karena dua faktor, yaitu faktor pendorong dan faktor faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor yang mempengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor penyebab bergeraknya material tersebut. Faktor pemicu diakibatkan oleh alam atau ulah manusia.
Dampak dari bencana longsor adalah terjadinya berbagai kerugian seperti kehilangan rumah, kehilangan nyawa, maupun kehilangan harta. Pencegahan terjadinya longsor bisa dilakukan dengan menanam pohon karena akar pohon akan banyak membantu dengan cara menyerap air hujan sehingga bisa meminimalisir terjadinya tanah longsor.
(Oleh Nefiya Kelas XI.MIA.3 SMA N 1 Gantung)