Jumat, 09 Maret 2012

selamat jalan lelaki "pendengar berita"

Selang beberapa menit saja ibu dua kali menelpon ku malam ini. Yang pertama mengabarkan bahwa kakekku yang memang telah belasan tahun menderita lumpuh itu sepertinya sudah tampak letih, bahkan ibu sudah diminta ke rumahnya. Selang beberapa menit kemudian ibu kembali menelpon, firasatku jelas saja benar ternyata. Telpon ibu yang kedua itu mengabarkan bahwa kakek baru saja menghembuskan nafas terakhirnya. Sambil terisak ibu memintaku untuk mendoakan kakek meskipun hanya dari jauh.
Kakek.... aahhhh kita memang tak begitu dekat, apalagi sangat dekat. Kakek memang lumpuh sejak sebuah kecelakaan menimpanya belasan tahun silam. Saat itu aku masih di tahun-tahun awal SD. Dan semenjak itulah kakek mengalami kelumpuhan hingga saat ini. Bayangkan, sekarang saja aku sudah tingkat tiga di bangku kuliah. Berarti belasan tahun sudah kakek menghabiskan hari-harinya dengan berbaring saja. Itu jelas saja bukan sesuatu yang mudah. Kakek adalah lelaki yang hebat, kakek sering membelikan oleh-oleh makanan saat pulang kerja di Tanjungpandan. Kakek memang tipe orang kantoran yang selalu berkelakar hebat penuh antusias. Kakek itu orang yang pintar, begitulah ibu pernah berceloteh. Menurut pengamatanku, apa yang ibu ucapkan itu bukan sekedar isapan jempol belaka. Kakek di tengah kelumpuhannya selama ini memang tak pernah absen mendengarkan berita.  Kenapa aku mengatakan itu mendengarkan berita, karena sejatinya beliau memang hanya bisa berbaring, maka volume televisi lah yang akhirnya di putar sekeras mungkin. Kebiasaan itu nantinya akan menjadi sebuah kenangan mengesankan di benakku bahkan saat malam ini. Selain itu, kakek juga masih sangat fasih berkelakar banyak hal, dari mulai politik hingga seluk beluk suatu daerah. Mengenai seluk beluk suatu daerah aku punya kenangan tersendiri. Kala itu aku masih SMP, pada suatu lomba aku dan teman-teman berhasil berkompetisi hingga tingkat kabupaten dan kemudian mewakili kabupaten ke tingkat provinsi. Kakek sebetulnya memang asli dari pulau Bangka, maka ketika lomba itu aku bercerita di mana kami menginap selama kegiatan berlangsung. Di luar dugaanku kakek dengan lancar menyebutkan lokasi penginapan tersebut lengkap dengan lingkungan sekitarnya. Ingatan beliau memang luar biasa gumamku dalam hati.
Setiap hari beliau tak kan pernah lupa menanyakan tanggal, hari, dan, bahkan pukul berapa saat itu. Entahlah kenapa, dulunya pertanyaan itu akan di jawab oleh nenekku yang selalu setia merawat beliau dengan di sertai guyonan. Nenekku selalu berkata, ‘kenapa nanya-nanya memangnya mau berangkat ke mana’. Kini, malam ini aku sedikit saja menyimpulkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan beliau yang terkesan bawel itu sebagai pertanda akan berapa lama lagi beliau bisa bersama kami, menghabiskan waktu dan hari-harinya berbaring di kasur. Selama belasan tahun beliau hanya terbaring lumpuh di kasur, nenek lah yang selalu setia merawat beliau. Dari mulai bangun tidur hingga kembali terlelap, dari mulai makan, mandi, menggantikan baju, hingga menggaruk bekas gigitan nyamuk. Soal yang satu ini, nenek di kemudian hari akan menginspirasiku sebagai sosok istri yang sebenar-benarnya istri.
Kemarin libur semester yang singkat itu, aku bersyukur sekali karena memutuskan untuk pulang ke rumah. Ternyata saat itu adalah pertemuan terakhirku dengan beliau. Seperti biasa, setiap aku pamit akan kembali ke bandung kami selalu terlibat kelakar singkat. Beliau tak pernah lupa bertanya berapa harga tiket pesawat kau kali ini, jam berapa di jemput ke bandara, dan sebagainya.
Hampir saja aku lupa, saat pulang kemarin ibu juga sempat bercerita bahwa kakek bisa bermain saxsofon, bahkan dulu beliau memiliki alat musik tiup tersebut...kakek memang luar biasa ku kira.
Kini tak kan ada lagi sebuah kasur yang menyambut di ruang tengah tempat kakek terbaring biasanya, kini tak kan ada lagi sesi mmendengarkan berita ala kakek , kini tak kan ada lagi lelaki yang selalu berkelakar antusias di tengah kelumpuhan yang menggerogoti ketuaannya.
Kakek beristirahatlah dengan tenang, beristirahatlah dari sakit mu selama belasan tahun ini. Semoga engkau mendapatkan tempat terbaik di sisi NYA...AMIN.
Maaf kan kami yang sungguh selalu menganggapmu rewel dan bawel dalam sakitmu selama ini....