Pada
zaman dahulu kala hiduplah sepasang suami istri yang hidup rukun dan damai.
Akan tetapi sudah cukup lama mereka menikah dan belum dikaruniai seorang anak.
Suatu hari ketika sang suami pergi ke hutan dia menemukan sebatang bambu aneh.
Karena penasaran bambu tersebut dibawanya pulang ke rumah. Singkat cerita bambu
tersebut digunakan oleh sang istri menindih tikar untuk menjemur padi. Beberapa
saat kemudian terdengar suara letusan dari halaman rumah mereka. Ternyata suara
tersebut berasal dari bambu yang meletus, dari kejauhan tampak cahaya
berkilauan dari arah bambu yang kini telah terbelah dua itu. Yang lebih
mengejutkan ternyata ada seorang bayi mungil yang berada di antara kedua bambu
yang terbelah tersebut.
Semenjak
kejadian tersebut kehidupan suami istri itupun menjadi semakin bahagia. Dengan
sepenuh hati mereka mencurahkan kasih sayang kepada putri nya yang diberi nama
Pinang Gading. Hari berganti hari dan bulanpun menahun, Pinang Gading telah
tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik jelita. Pinang Gading juga dikenal
pemberani dan sangat mahir memanah. Kemahirannya dalam memanah sudah terkenal
ke seluruh desa. Suatu ketika terdengar sebuah kabar malapetaka dari desa
tetangga. Penduduk desa tersebut ketakutan karena serangan dari seekor burung
garuda raksasa yang sering mengganggu mereka. Mendengar berita tersebut Pinang
Gading yang pemberani berniat pergi ke desa itu dan bertarung melawan burung
tersebut. Akhirnya pada hari yang telah ditentukan, Pinang Gading berangkat
dengan berbekal panah beracun yang dimilikinya.
Suasana
yang sepi dan mencekam menyambut kedatangannya di desa tersebut. Beberapa saat
kemudian sebagian penduduk nampak berlari ketakutan mencari perlindungan. Terdengar
suara burung Garuda yang menggelegar dari kejauhan. Pinang Gading bersiap-siap
membidikkan anak panahnya ke arah burung raksasa itu. Seketika itupula bidikannya tepat mengenai
dada burung Garuda, lantas sang burung
jatuh ke tanah dengan darah segar yang mengucur dari dadanya. Alangkah
terkejutnya Pinang Gading karena tiba-tiba burung Garuda tersebut perlahan
berubah menjadi sesosok pria paruh baya. Seluruh warga desa yang sedari tadi
bersembunyi lalu ikut mendekat melihat peristiwa aneh itu. Di tengah
kesakitannya burung yang kini telah berubah menjadi manusia itu
memanggil-manggil nama Pinang Gading. Pinang Gading pun berlari menghambur dan
memeluk pria tersebut setelah menyadari bahwa sosok yang kini tengah kesakitan
itu adalah ayahnya. Sambil menangis
tersedu-sedu Pinang Gading menanyakan kepada ayahnya apa yang sebenarnya telah terjadi.
Dengan terbata-bata ayahnya menceritakan bahwa kutukan burung Garuda adalah
akibat dari perjanjiannya dengan dewata. Belasan tahun yang lalu dia memohon
kepada dewata agar dikaruniai seorang anak meski dengan syarat apapun. Akhirnya dewata mengabulkan
permintaannya dengan memberikan Pinang Gading pada sebatang bambu. Akan tetapi
sebagai akibatnya dia harus menjadi burung Garuda raksasa yang selalu
mengganggu warga desa.
*sinopsis dari cerita asli yang telah diubah pada beberapa bagian untuk arahan pada pementasan drama musikal.